Manusia Ilmu Pengetahuan dan Kesadaran Diri — 187 MaNuSia, iLMu PENGEtaHuaN daN kESadaRaN diRi kebutuhan-kebutuhannya, mengembangkan cara-cara pemenuhan kehidupan secara lebih efektif, modern, dan efisiensi. untuk itu diciptakanlah teknologi nuansa religius yang dikuasai oleh doktrin-doktrin dan lembaga agama. bahkan, dalam soal Volume3 Nomor 1 (2019) 1-16 DOI: 10.15575/cjik.v3i1.5033 ke Esaan Tuhan, kesatuan agama, dan persatuan seluruh umat manusia. Dari beberapa Pertama, agama sebagai suatu doktrin dan ajaran yang termuat dalam kitab-kitab suci, 1 Hakikat ekonomi islam dalam Era Globalisasi dan Industrialisasi harus dilandasi dengan upaya mengatasi problem ekonomi dalam islam, upaya mencermati kelangkaan sumber daya ekonomi dan mekanisme jaminan pemenuhan kebutuhan pokok berupa barang (pangan, sandang dan papan) dalam ekonomi islam. 2. MakalahKebutuhan Manusia Terhadap Agama. Type: jpg; Dimension: 1024 x 768; Source: id.scribd.com; Save Images Detail image for Makalah Kebutuhan Manusia Terhadap Agama. You can save this image to your PC or other Gadget for free. . 447 MANUSIA ANTARA KEBUTUHAN DOKTRIN AGAMA DAN INKLUSIVITAS BERAGAMA Isnawati Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Gajah Putih Takengon Aceh [email protected] ABSTRAK Manusia sebagai makhluk hidup, harus memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Manusia juga diciptakan sebagai makhluk sosial dan agama menjadi salah satu aspek yang paling sakral dalam kehidupan manusia. Karena agama lembaga kebenaran yang dapat didekati dengan aspek batiniah, sehingga melahirkan sistem kepercayaan dan respon emosional yang mengarahkannya, yang dapat dirasakan melalui mekanisme keyakinan dan kepercayaan para penganutnya. Agama memiliki kepercayaan kepada kekuatan gaib, kepercayaan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, bersifat emosional dan aspek kesucian dari agama itu pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi, agama membawa peraturan-peraturan hukum, ajaran yang berupa doktrin agama dengan menjalankan ajarannya membwa kewajiban yang menjadi pegangan manusia sebagai sistem sumber nilai, berupa petunjuk, pedoman dan pendorong bagi manusia untuk memecahkan berbagai masalah hidupnya seperti dalam ilmu agama, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan militer, sehingga terbentuk pola motivasi, nilai dan moral, tujuan hidup dan perilaku manusia yang menuju kepada keridhaanya secara inklusivitas dalam beragama. Manusia sangat memerlukan agama sebagai pegangan hidup untuk mempunyai peraturan yang mutlak berlaku bagi segenap manusia dan bangsa dalam semua tempat dan waktu. Yang memiliki peranan di lihat dari aspek keagamaan, kejiwaan, kemasyarakatan, hakekat kemanusiaan, asal usulnya dan moral. Kata Kunci manusia, kebutuhan doktrin agama, inklusifitas beragama A. Pendahuluan 1. Manusia dan Kebutuhannya M anusia sebagai makhluk hidup umumnya mempunyai ciri-ciri organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus terutama otaknya, mengadakan metabolisme atau penyusunan dan pembongkaran zat, yakni ada zat yang masuk dan keluar, memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar, memiliki fungsi untuk berkembamg, berintraksi dengan lingkungannya, dan bergerak Maskoeri Jasin, 2015 1. Batusangkar International Conference I, 15-16 October 2016 448 Manusia juga mempunyai kebutuhan dalam kehidupannya yaitu, kebutuhan Individu, “peranan Agama dalam Kesehatan Mental” membagi kebutuhan manusia atas 2 kebutuhan pokok, yaitu Primer dan Skunder. a. Kebutuhan Primer Kebutuhan Primer yaitu berupa kebutuhan Jasmaniah seperti makan, minum, seks dan sebagainya kebutuhan ini didapat manusia semenjak lahir tanpa di pelajari. Yang dimaksud kebutuhan jasmani adalah kebutuah-kebutuhan yang seratus persen berkaitan dengan fisik manusia, seperti naluri untuk makan misalnya. Hal ini merupakan urusan fisik jasmaniyah semata, dan pada saat yang sama ia merupakan naluri. Artinya ia berkaitan dengan bangunan tubuh manusia dan lingkungan. Perasaan lapar muncul dari sejumlah syaraf pencernaan yang secara otomatis memberi sinyal ke otak manusia termasuk binatang. Untuk menghilangkan lapar ini dia harus memasukkan makanan untuk di komsumsinya. Bahkan kadang-kadang menjadi seperti lelah, akibat kekenyangan dan lelah. Demikian pula halnya dengan kebutuhan seksual, yang berkaitan dengan syahwat dan hormon-hormon tubuh serta syaraf-syaraf tertentu. Persoalan lainnya adalah masalah tidur. Jika disebabkan oleh kelelahan sel atau mengendurnya aktivitas akibat bekerja dan pengerahan tenaga, maka ia pasti memerlukan istirahat tidur. Semua ini oleh Mutrhahhari dikategorikan bagian dari naluri al-ghara’iz b. Kebutuhan Skunder Kebutuhan skunder yaitu kebutuhan Rohaniah seperti kebutuhan-kebutuhan sosial, kebutuhan ingin dicintai dan disayangi, dihargai lain sebagainya. Kebutuhan ini hanya terdapat pada manusia dan sudah dirasakan sejak manusia masih kecil. Diantara faktor yang membedakan manusia dengan binatang dan makhluk lainnya, adalah manusia dapat menyadari alam di luar dirinya. Atau dengan kata lain manusia dapat berpikir tentang sesuatu yang ada disekelilingnya. Artinya manusia merupakan makhluk yang sadar; sadar akan dirinya dan sadar akan alam di sekitarnya Zakiyah Daradjat, dkk, 155. Oleh karena itu ia mampu membangun relasi dengan segala sesuatu yang ada di luar dirinya. Hasil dari jalinan relasi ini disebut pengetahuan. Memang binatang pun memiliki pengtahuan, tetapi sifatnya dangkal, tidak Integration and Interconnection of Sciences “The Reflection of Islam Kaffah” 449 sampai menguasai secara detail, bersifat parsial, regional terbatas pada wilayah tertentu, dan tidak mampu menembus masa lalu dan akan datang Ada beberapa pembagian kebutuhan skunder yaitu sebagai berikut. 1. Kebutuhanakan rasa kasihsayang. Kebutuhan akan rasa kasih sayang berperanan penting dalam menentukan sikap dan tingkah laku kejiwaan seseorang. Kurangnya rasa kasih sayang pada diri seseorang terutama pada anak-anak akan menyebabkan tembok pemisah antara mereka dengan orang tua nya. Usaha untuk memperoleh kasih sayang itu mungkin akan mengakibatkan mereka mengeluh, mengadu, dan menjilat, sebagai usaha untuk memperoleh kasih sayang. 2. Kebutuhansosial Kebutuhan sosial manusia bukan disebabkan pengaruh yang datang dari luar sebagai stimulus seperti layaknya pada binatang akan tetapi, kebutuhan soaial pada manusia berbentuk nilai. Contohnya seperti pujian dan kritikan, kekuasaan dan mengalah, pergaulan, dan perhatian. 3. KebutuhanTerhadap Agama Keterkaitan manusia dengan Agama menurut Will Durant “manusia memiliki seratus jiwa, segala sesuatu bila telah dibunuh, pada kali pertama itupun sudah mati untuk selama-lamanya, kecuali agama. Ia akan muncul lagi dan kembali hidup setelah mati. Bahwa agama itu merupakan sifat manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia itu sendiri Ramayulis, 2007 38-46. Agama memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Secara teoritis tujuan agama adalah sebagai salah satu upaya untuk mendapatkan kebahagian dan kesejahteraan hidup lahir dan batin. Agama merupakan salah satu jalan untuk senantiasa dekat dengan sang penciptanya. Agama juga merupakan upaya untuk mencapai keteraturan hidup. Agama melahirkan banyak manfaat dan kegunaan dalam kehidupan. Dan manusia membutuhkan kehadiran agama untuk mencapai tujuan tersebut. Beberapa alasan mengapa manusia membutuhkan agama dalam kehidupannya Agama tidak hanya menjadi pedoman dan arahan bagi manusia, agama juga telah menjadi cita-cita dan semangat bagi Fitrah manusia. Fitrah ada 2 yaitu Batusangkar International Conference I, 15-16 October 2016 450 a. Fitrah ilahiah, yaitu tugas dan kewajiban manusia untuk beribadah dan menyembah terhadap tuhannya. b. Fitrah insaniah, yaitu manusia harus menyadari bahwa dirinya adalah manusia yang lemah, insan yang kecil, tak memiliki daya dan upaya selain dari pemberian penciptanya Hasanah 53. Agama memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Secara teoritis tujuan agama adalah sebagai salah satu upaya untuk mendapatkan kebahagian dan kesejahteraan hidup lahir dan batin. Agama merupakan salah satu jalan untuk senantiasa dekat dengan sang penciptanya. Agama juga merupakan upaya untuk mencapai keteraturan hidup. Agama melahirkan banyak manfaat dan kegunaan dalam kehidupan. Dan manusia membutuhkan kehadiran agama untuk mencapai tujuan tersebut. Beberapa alasan mengapa manusia membutuhkan agama dalam kehidupannya B. Pembahasan 1. Doktrin Agama Doktrin adalah ajaran tentang asas-asas suatu aliran politik, keagamaan, pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan, keagamaan, pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan Magdalena Pranata Santoso, 2009. Istilah Doktrin berkaitan dengan suatu kebenaran dan ajaran. Keduanya tidak dapat dipisahkan sebab menegaskan tentang kebenaran melalui ajaran, sedangkan yang diajarkan biasanya dengan kebenaran. Dengan demikian, doktrin berisi tentang ajaran kebenaran yang sudah tentu memiliki “balutan” filosofis Rosihon Anwar, 2009 13. Doktrin banyak ditemukan dalam banyak agama seperti Kristen dan Islam, di mana doktrin dianggap sebagai prinsip utama yang harus dijunjung oleh semua umat agama tersebut. Dalam konteks doktrin, agama selalu menjadi akidah, yakni sebagai suatu kepercayaan kepada Tuhan, suatu ikatan, kesadaran, dan penyembahan secara spiritual kepada-Nya. Sebagai suatu akidah, agama memiliki prinsip-prinsip kebenaran yang dituangkan dalam bentuk doktrin. “Agama” diucapkan oleh orang Barat dengan relegios bahasa latin, Relegion bahasa Inggris, Prancis, jerman dan relegie bahsa Belanda. Istilah ini bukannya tidak mengandung arti yang dalam melainkan mempunyai latarbelakang pengertian yang Integration and Interconnection of Sciences “The Reflection of Islam Kaffah” 451 lebih mendalam daripada pengertian “agama” yang telah disebutkan di atas. Relegie relegion menurut pujangga Kristen, Saint Augustinus, berasal dari “re daneligare” yang berarti “memilih kembali” dari jalan sesat kejalan Tuhan. Agama adalah pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi. Selain kata “Agama” kita juga mengenal kata “din” yang dalam bahasa semit berarti undang-undang atau hukum, dalam bahasa Arab, kata ini berarti menguasai, menundukan, patuh, utang, balasan. Agama memang membawa peraturan-peraturan yang merupakan hukum, yang harus dipatuhi orang. Agama selanjutnya memang menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran agamanya. Agama lebih lanjut lagi membwa kewajiban-kewajiban yang kalau tidak dijalankan oleh seseorang akan menjadi utang baginya Rosihon Anwar, Dkk, 2011 99. Diantaranya yang harus di yakni 1. Iman kepada Allah Kalimat lailaha illa Allah atau sering disebut kalimat thayyibah adalah suatu pernyataan pengakuan terhadap keberadaan Allah yang Maha Esa, tiada tuhan selain Dia Allah. Ia merupakan bagian lafadz dari syahadatain yang harus diucapkan ketika akan masuk dan memeluk Agama Islam, yang merupakan refleksi dari tauhid Allah yang menjadi inti ajaran Islam. 2. Kemustahilan menemukan Zat Allah Akal pikiran yang merupakan ciri keistimewaan manusia, sekaligus sebagai pembeda antara manusia dan makhluk lainnya. Manusia dapat mencapai taraf kehidupan yang mulia melalui akal fikirannya, sebaliknya, manusiapun dapat terpuruk ke kehidupan yang hina melalui Akalnya. Akal sekalipun digunakan dengan sungguh-sungguh, keberadaannya tetap dalam ruang lingkup yang terbatas. Artinya ada sejumlah persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh akal. Salah satu persoalan yang tidak bisa diselesaikan oleh akal ialah zat Allah. 3. Argumen keberadaan Allah Pengakuan terhadap keberadaan Allah berarti menolak keberadaan tuhan-tuhan lainnya yang dianut oleh para pengikut agama lain. Ada tiga teori yang menerangkan asal kejadian alam semesta yang mendukung keberadaaan tuhan. Pertama, paham Batusangkar International Conference I, 15-16 October 2016 452 yang menyatakan bahwa alam semesta ini ada dari yang tidak ada, ia terjadi dengan sendirinya. Kedua, paham yang menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari sel yang merupakan inti. Ketiga, paham yang mengatakan bahwa alam semesta itu ada yang menciptakan. 4. Iman kepada Malaikat, Kitab, dan Rasul Allah a. Malaikat Allah Malaikat atau terkadang di sebut al-mala’ al-a’la kelompok tertinggi, merupakan makhluk tuhan yang diciptakan dari nur cahaya, seperti diterangkan dalam hadis riwayat Imam Muslim yang menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan malaikat dari cahaya, jin dari nyala api, dan Adam dari tanah. Penciptaan malaikat lebih dulu dari pada penciptaan Manusia. Ketika Allah Swt berkehendak menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi, Tuhan memberitahukan rencana-Nya itu kepada malaikat sehingga terjadi diolog antaraTuhan dan malaikat. Malaikat termasuk makhluk ruhani yang termasuk gaib. Mereka bukan kelompok yang makhluk yang berwujud jasmaniah yang dapat diraba, dilihat, dicium, dan dirasakan karena mereka berada dialam yang berbeda dengan alam manusia. Mereka disucikan dari syahwat kebinatangan al-nafs al-hayawaniah, yang terhindar dari keiginan hawa nafsu yang bersifat materil. Mereka selalu tunduk dan patuh kepada Allah Swt dan tidak pernah ingkar kepada-Nya. Dengan demikian, mereka menghabiskan waktu siang dan malamnya untuk beribadah kepada Allah adalah makhluk langit yang mengabdi kepada Allah dengan bermacam-macam tugas yang diembannya, jumlahnya sangatlah banyak, namun yang harus kita imani hanyalah 10 nama malaikat beserta tugas-tugasnya. Tugas malaikat itu ada yang dikerjakan di alam ruh dan ada pula yang dikerjakan di alam dunia. Tugas malaikat di alam ruh ialah menyucikan atau bertasbih serta taat dan patuh sepenuhnya kepada Allah Swt, memikul ’asry, memberi salam kepada ahli surga, dan menyiksa para ahli neraka. Adapun tugas malaikat di alam dunia adalah menurunkan wahyu yang diemban oleh malaikat jibril. Ia disebut juga ruh al-amin, atau ruh al-qudus, Adapun tugas malaikatmalaikat lainnya adalah sebagai berikut malaikat mikail mengatur perjalanan Integration and Interconnection of Sciences “The Reflection of Islam Kaffah” 453 binatang-binatang, menentukan musim seperti musim hujan dan panas serta menurunkan rezeki, Malaikat jibril bertugas mencabut nyawa, Malaikat Israfil bertugs meniup sangkakala atau nafiri ketika terjadi kiamat besar, dan malaikatmalaikat lainnya. b. Kitab-kitab Allah Ayat-ayat Allah Swt yang merupakan ajaran-ajaran dan tuntunan itu dapat dibedakan menjadi dua pertama, ayat-ayat yang tertulis didalam kitab-kitabnya, dan kedua, ayat-ayat yang tidak tertulis yaitu alam semesta. Ayat-ayat yang tertulis terformulasikan dalam empat kitab Al-Qur’an, Injil, Turat, dan Zabur, yang masing-masing diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, Nabi Isa Nabi Musa dan Nabi Dawud keempat kitab itu disebut kitab-kitab langit alkutub al-samawiyah. c. Rasul-rasul Allah Doktrin Islam mengajarkan agar setiap muslim beriman kepadaRasul yang diutus oleh Allah tanpa membedakan antara satu dengan yang lainnya. Secara bahasa rasul inggris; messenger, apostle adalah orang yang diutus. Artinya ia di utus untuk menyampaikan berita rahasia, tanda-tanda yang akan datang, dan misi atau risalah. Secara terminologi, Rasul berarti orang yang diutus oleh Allah Swt untuk menyampaikan wahyu kepada umatnya. Di antara tugas yang diemban oleh para Rasul adalah  Mengajarkan Tauhid dengan segala sifat-sifatnya  Mengajak manusia agar hanya menyembah dan meminta pertolongan kepada Allah Swt  Mengajarkan kepada manusia agar memiliki moral dan akhlak yang mulia  Mengajarkan kepada manusia norma-norma kehidupan agar selamat di dunia dan di akhirat  Mengajak manusia agar bersemangat dalam bekerja dan berusaha serta menjauhkan sifat-sifat malas sehinga terjadi keseimbangan antara kehidupan dunia dan di akhirat  Mengajak manusia agar tidak mengikuti hawa nafsu  Menyampaikan berita-berita yang bersifat gaib, seperti malaikat, surga dan neraka, alam kubur dan alam akhirat Atang, 2006 109-122. 2. Fungsi Agama dalam Kehidupan Agama sebagai sistem sumber nilai, merupakan petunjuk, pedoman dan pendorong bagi manusia untuk memecahkan berbagai masalah hidupnya seperti dalam Batusangkar International Conference I, 15-16 October 2016 454 ilmu agama, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan militer, sehingga terbentuk pola motivasi, tujuan hidup dan perilaku manusia yang menuju kepada keridhaan Allah akhlak. Abu Ahmadi , 2008 3 1. Agama Dalam KehidupanIndividu a. Agama sebagai sumber nilai dalam menjaga kesusilaan. Dalam ajaran agama terdapat nilai-nilai bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai inilah yang dijadikan sebagai acuan dan sekaligus sebagai petunjuk bagi manusia. Sebagai petunjuk agama menjadi kerangka acuan dalam berfikir, bersikaf dan berprilaku agar sejalan dengan keyakinan yang dianutnya. b. Agama sebagaisaranauntukmengatasiprustasi Manusia mempunyai kebutuhan dalam kehidupan ini, mulai dari kebutuhan fisik seperti, makanan, pakaian, isterhat, seksual sampai kebutuhan psikis, seperti keamanan, ketentraman, persahabatan, penghargaan dan kasih sayang. Maka ia akan terdoronguntuk memuaskan kebutuhan dan keiginannya itu. Menurut Sarwito Wirawan Sarwono, apabila kebutuhannya itu tidak terpenuhi, terjadi ketidakseimbangan, yakni antara kebutuhan dan pemenuhan, maka akan menumbuhkan kekecewaan yang tidak menyenangkan, kondisi atau keadaan inilah yang disebut prustasi. c. Agama sebagaisaranauntukmengatasiketakutan Ketakutan yang dimaksud dalam kaitannya dengan agama sebagai sarana untuk mengatasinya, adalah, ketakutan yang tidak ada obyeknya. Ketakutan tanpa obyek itu membingungkan manusia daripada ketakutan yang mempunyai obyek. Minsalnya dalam bentuk gejala malu, rasa bersalah, takut kecelakaan, rasa bingung dan takut mati. d. Agama sebagaisaranauntukmemuaskankeigintahuan Agama mampu member jawaban atas kesukaran intelektual kongnitif, sejauh kesukaran itu diresapi oleh keinginan eksistensial dan psikologis, yaitu oleh keiginan dan kebutuhan manusia akan orientasi dala kehidupan, agar dapat menempatkan diri secara berarti dan bermakna di tengah-tengah alam semesta ini. Tanpa agama manusia tidak mampu menjawab pertanyaan yang sangat mendasar dalam kehidupannya, yaitu darimana manusia datang, apa tujuan manusia hidup, Integration and Interconnection of Sciences “The Reflection of Islam Kaffah” 455 dan mengapa manusia ada, dan kemana manusia kembali setelah mati. Ramayulis, 2007 228-230 2. Fungsi agama dalamkehidupan masyarakat Masalah Agama tidak akan mungkin dipisahkan dari kehidupan Masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam kehidupan masyarakat. Dalam perakteknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain a. Berfungsi Edukatif Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus di patuhi. Ajaran agama secara yuridis berfungsi secara menyuruh dan melarang. Kedua unsur suruhan danlarangan ini mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masingmasing. b. Berfungsi Penyelamat Dimanapun manusia berada mereka selalu mengiginkan dirinya selamat. Keselamatan yang meliputi bidang yang luas adalah keselamatan yang diajarkan oleh agama. Keselamatan yang diberikan oleh agama kepada penganutnya adalah keselamatan yang meliputi dua alam yaitu, dunia dan akherat. c. Berfungsi sebagai Pendamaian Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan rasa bersalah akan segera menjadi hilang dari batinya apa bila seseorang pelanggar telah menebus dosanya melalui tobat, pensucian, penebusan dosa. d. Berfungsi sebagai Sosial control Para penganut agama sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya terikat batin kepada tuntunan ajaran tersebut, baik secara pribadi maupun secara kelompok. e. Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan, iman dan kepercayaan. f. Berfungsi Transformatif Ajaran agama dapat mengubah kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Batusangkar International Conference I, 15-16 October 2016 456 g. Berfungsi Kreatif Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif\bukan saja untuk kepentingan diri sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain. h. Berfungsi sublimatif Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agama ukrawi, melainkan juga yang bersifat duniawi. Segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama, bila dilakukan atas niat yang tulus, karena dan untuk Allah merupakan ibadah Jalaluddin, 2008 299301. 3. Fungsi agama dalam kehidupan Agama mempunyai peraturan yang mutlak berlaku bagi segenap manusia dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam semesta sehingga peraturan yang dibuatNya betul-betul adil. Secara terperinci agama memiliki peranan yang bisa dilihat dari aspek keagamaan religius, kejiwaan psikologis, kemasyarakatan sosiologis, hakkekat kemanusiaan human nature, asal usulnya antropologis dan moral ethics. Namun apabila agama dipahami sebatas apa yang tertulis dalam teks kitab suci, maka yang muncul adalah pandangan keagamaan yang literalis, yang menolak sikap kritis terhadap teks dan interpretasinya serta menegaskan perkembangan historis dan sosiologis. Sebaliknya, jika bahasa agama dipahami bukan sekedar sebagai explanative and descriptive language, tetapi juga syarat dengan performatif dan expresif language, maka agama akan disikapi secara dinamis dan kontekstual sesuai dengan persoalan dan kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia yang terus berkembang. Setiap agama memiliki watak transformatif, berusaha menanamkan nilai baru dan mengganti nilainilai agama lama yang bertentangan dengan ajaran agama. Aspek religius, agama menyadarkan manusia, siapa penciptanya. Faktor keimananjuga mempengaruhi karena iman adalah dasar agama. Secara antropologis, agama memberitahukan kepada manusia tentang siapa, darimana, dan mau kemana manusia. Dari segi sosiologis, agama berusaha mengubah berbagai bentuk kegelapan, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan. Agama juga menghubungkan masalah Integration and Interconnection of Sciences “The Reflection of Islam Kaffah” 457 ritual ibadah dengan masalah sosial. Secara psikologis, agama bisa menenteramkan, menenangkan, dan membahagiakan kehidupan jiwa seseorang. Dan secara moral, agama menunjukkan tata nilai dan norma yang baik dan buruk, dan mendorong manusia berperilaku baik akhlaq mahmudah. Fungsi agama juga sebagai pencapai tujuan luhur manusia di dunia ini, yaitu citacita manusia untuk mendapatkan kesejahteraan lahir dan batin. Dalam Al-Quran surat Thoha ayat 117-119 disebutkan ”Maka kami berkata “Hai Adam, Sesungguhnya Ini iblis adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, Maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. Dan Sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak pula akan ditimpa panas matahari di dalamnya”. Pada ranah yang lebih umum fungsi agama dalam kehidupan masyarakat adalah sebagai penguat solidaritas masyarakat. Seperti yang diungkapkan Emile Durkheim sebagai sosiolog besar, bahwa sarana-sarana keagamaan adalah lambang-lambang masyarakat, kesakralan bersumber pada kekuatan yang dinyatakan berlaku oleh masyarakat secara keseluruhan bagi setiap anggotanya, dan fungsinya adalah mempertahankan dan memperkuat rasa solidaritas dan kewajiban sosial. Dari segi pragmatisme, seseorang menganut suatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang diuraikan di bawah ini a. Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia. Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia karena ia senantiasa memberi penerangan kepada dunia secara keseluruhan, dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan dalam masalah ini sebenarnya sulit dicapai melalui indra manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahwa dunia adalah ciptaan Allah dan setiap manusia harus menaati Allah. Batusangkar International Conference I, 15-16 October 2016 458 b. Menjawab berbagai pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh manusia. Sebagian pertanyaan yang senantiasa ditanya oleh manusia merupakan pertanyaan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya pertanyaan kehidupan setelah mati, tujuan hidup, soal nasib dan sebagainya. Bagi kebanyakan manusia, pertanyaanpertanyaan ini sangat menarik dan perlumenjawabnya. Maka, agama itulah fungsinya untuk menjawab persoalan-persoalan ini. c. Memainkan fungsi peranan sosial. Agama merupakan satu faktor dalam pembentukan kelompok adalah karena sistem agama menimbulkan keseragaman bukan saja kepercayaan yang sama, melainkan tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama. d. Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia. Kebanyakan agama di dunia ini menyarankan kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kode etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi peranan sosial. e. Rasa ingin tahu manusia Manusia lahir tanpa mengetahui sesuatu ketika itu yang diketahuinya hanya ”saya tidak tahu”. Tapi kemudian dengan pancaindra, akal, dan jiwanya sedikit demi sedikit pengetahuannya bertambah, dengan coba-coba trial and error, pengamatan, pemikiran yang logis dan pengalamannya ia menemukan pengetahuan. Namun demikian keterbatasan panca indra dan akal menjadikan sebagian banyak tanda tanya yang muncul dalam benaknya tidak dapat terjawab. Hal ini dapat mengganggu perasaan dan jiwanya dan semakin mendesak pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin gelisah ia apabila tidak terjawab. Hal inilah yang disebut dengan rasa ingin tahu manusia. Manusia membutuhkan informasi yang akan menjadi syarat kebahagiaan dirinya. 4. Inklusivitas Beragama Berbicara tentang agama memerlukan suatu sikap ekstra hati-hati. Sebab, sekalipun agama merupakan persoalan sosial, tetapi penghayatannya amat bersifat individual. apa yang dipahami dan dihayati sebagai agama oleh seseorang amat banyak bergantung pada keseluruhan latar belakang dari kepribadian dan memunculkan sikap Integration and Interconnection of Sciences “The Reflection of Islam Kaffah” 459 yang menuntut adanya pembenaran langsung. Para pemimpin Islam sering menyatakan bahwa Islam adalah agama toleran, yang menghormati dan menghargai agama-agama lain. Begitu juga pemimpin agama lain turut menyatakan hal yang sama bahwa agama mereka juga mempunyai sikap toleran yang tinggi. Namun, dalam realiti kehidupan menunjukkan betapa konflik umat manusia sama, ada konflik etnik, konflik dan politiksosial-ekonomi sering terjadi atas nama agama. Semua orang memang telah mengetahui bahwa terdapat kepekaan yang sangat tajam pada masalah-masalah yang berhubungan dengan agama. Hal ini disebabkan bahwa setiap agama sudah tentu mengklaim kemutlakan. Artinya bahwa setiap agama tentu mengaku dirinya adalah yang paling benar, dengan konsekuensi bahwa yang lain adalah salah. Logika awam pun mengatakan bahwa jika terdapat dua hal yang berbeda kemudian harus di nilai benar salahnya, sudah pasti bahwa tidak mungkin kedua-duanya benar. Karena itu klaim kemutlakan untuk masing-masing agama menjadi diperbesar oleh adanya perbedaanperbedaan antar agama, jika terdapat dua hal yang berbeda kemudian harus dinilai benar salahnya, sudah pasti bahwa tidak mungkin kedua-duanya benar. Karena itu, klaim kemutlakan untuk masing-masing agama menjadi diperbesar oleh adanya perbedaanperbedaan antar agama. Masalah inklusifitas dalam Islam merupakan kelanjutan dari pemikiran atau gagasan neo-modernisme kepada wilayah yang lebih spesifik setelah pluralisme, tepatnya pada bidang teologi, Nurcholish Madjid, 1993. Tanpa menyisakan ruang toleransi untuk berempati, apalagi simpati, bagaimana orang lain memandang agamanya sendiri. Seperti sudah taken for granted kita sering kali menilai bahkan menghakimi agama orang lain dengan memakai standar teologi agama kita sendiri. sebaliknya, orang lain menilai bahkan menghakimi kita, dengan memakai standar teolog agamanya sendiri. Jelas ini suatu mission imposible untuk bisa saling bertemu, apalagi sekedar toleran. hasilnya justru perbandingan terbaliknya, masing-masing agama malah menyodorkan proposal klaim kebenaran claim of truth dan klaim keselamatan yang hanya ada dan berada pada agamanya sendiri-sendiri, sementara pada agama lain Batusangkar International Conference I, 15-16 October 2016 460 disalahkan menyimpang bahkan menyesatkan Nurcholish Madjid, 1987 70. Kerukunan umat beragama merupakan akibat wajar dari pada sistem keimanannya. Sikap Inklusif yakni sikap keagamaan yang membedakan antara kehadiran dan aktifitas Tuhan dalam ajaran agama-agama lain, Sikap dan pandangan kelompok yang disebut dengan Islam Inklusif ini didasarkan pada ayat 64 yang berbicara tentang “titik temu” kalimatun sawa agama-agama yang berbunyi “katakanlah, Hai para ahli kitab, marilah kita berpegang pada suatu kalimah yang adil antara kita dan kamu, yaitu janganlah kita menyembah kecuali hanya kepada Allah tanpa menyekutukan sesuatu kepada-Nya, dan janganlah kita mempertuhankan sesama kita selain daripada Allah. Jika mereka itu tetap menolak, maka nyatakanlah kepada mereka, saksikanlah bahwa kami semua adalah orang-orang Islam” Dan Surah al-Maidah ayat 48 yang menjelaskan adanya syir’ah jalan menuju kebenaran dan minhaj cara atau metode perjalanan menuju kebenaran. Yang berbunyi “Dan telah kami turunkan kitab Qur’an kepadamu dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab suci terdahulu, sebagai pengawas atas kitab-kitab itu. Maka berilah hukum kepada mereka para ahli kitab menurut hukum yang telah diturunkan oleh Allah kepadamu. Jangan kau turutkan kemauan mereka yang menyeleweng daripada kebenaran yang ada padamu tiap-tiap umat telah kami adakan peraturan dengan caranya sendiri. Kalau Allah mau, maka ia jadikan kamu satu umat, tetapi dia mau menguji kamu tentang apa yang telah diberikan-Nya. Karena itu berlomba-lombalah dalam amal kebajikan. Kepada Allah lah kamu sekalian akan kembali. Nanti akan Allah terangkan kepadamu apa yang kamu telah perselisihkan itu” Sebagai umat Islam maupun umat Kristian dan umat beragama yang lain, semuanya telah mewarisi teologi eksklusif. mereka menganggap bahwa hanya ada satu jalan keselamatan yaitu agama mereka sendiri. Oleh kerana itu, diperlukan satu perspektif baru untuk melihat "Apa yang difikirkan oleh suatu agama, mengenai agama lain dibandingkan dengan agama sendiri" Perspektif itu akan menentukan apakah seorang yang beragama itu menganut satu faham keberagamaan yang eksklusif. Karena itu program teologi inklusif yang telah membawa banyak kesadaran umat Islam akan kesatuan pesan agama yang dibungkus dalam berbagai wadah agama-agama. Maka secara epistimologis, Selama ini teologi inklusif hanya besifat inklusifitas untuk umat Islam saja, tapi tidak bagi agama lain justru karena idiom Islam dipakai sebagai konsep Integration and Interconnection of Sciences “The Reflection of Islam Kaffah” 461 titik temu, padahal Islam adalah nama dari suatu organized religion. Budhy, 1994 116. Namun, pandangan Nurcholish yang teologis kerapkali dianggap mempertanyakan agama itu sendiri Menurut Franz, sikap inklusif sangat penting untuk menampung pluralitas bangsa. Pemikiran inklusif bertentangan dengan pemikiran yang ekslusif, yang menganggap kafir seseorang yang berada diluar keyakinan yang dimilikinya Sedangkan sikap Ekslusifitas, Sikap keagamaan yang tertutup dan memandang bahwa keselamatan hanya ada pada agama dan teologinya. Sikap masing-masing agama yang menganggap memiliki kebenaran secara mutlak pada level keindonesiaan, cendekiawan yang tergolong pluralis mengindikasikan betapa banyaknya konflik antar umat beragama disebabkan karena sikap eksklusif para pemeluknya terhadap ajaran agama mereka. cenderung menjadi pemberhalaan konsep agama itu sendiri, sehingga lupa pada esensi agama yaitu sikap tunduk pasrah pada kebenaran yang akan mengakibatkan sikap menutup diri terhadap kebenaran agama lain dan berimplikasi serius atas terjadinya konflik atas nama agama dan Tuhan. Akhirnya dalam semangat inklusif inilah kita menghargai perbedaan. Perbedaan agama harus dikenal dan diolah lebih lanjut kerana perbedaan itu secara potensinya bernilai dan penting bagi setiap umat yang beragama dalam memperkayakan imannya. Ajaran pemahaman tidak perlu diartikan semua agama sama dalam bentuknya yang nyata sehari-hari akan tetapi ajaran kemajemukan keagamaan itu melandaskan pengertian dasar bahwa semua agama diberi kebebasan untuk hidup, dengan resiko yang akan ditanggung oleh para pengikut agama itu masing-masing, “baik secara pribadi maupun secara kelompok”. Sikap keagamaan yang memandang bahwa keselamatan ada pada semua agama. Pengembangan sikap keagamaan ini melihat semua agama yang ada di dunia ini prinsipnya sama. Semua agama, dengan ekspresi teologi keimanan dan ibadahnya yang beragam, prinsipnya sama. Tidak ada bedanya antara Yahudi, Kristen, Islam dan agama lain semisal Budhisme, Shintoisme, Konfucuisme. Semuanya mengajarkan keselamatan dan akan selamat. Sedangkan setiap agama memiliki Batusangkar International Conference I, 15-16 October 2016 462 kebenaran. Keyakinan tentang yang benar itu didasarkan pada Tuhan sebagai satusatunya sumber kebenaran. klaim kebenaran berubah menjadi simbol agama yang dipahami secara subjektif, personal, oleh setiap pemeluk agama. Memang sulit melepaskan frame subjektivitas ketika keyakinan pribadi berhadapan dengan keyakinan lain yang berbeda, meskipun ada yang berpendapat bahwa kerangka subjektif adalah cermin eksistensi yang alamiah. Kita tidak harus memaksakan inklusivisme ”gaya kita” pada orang lain, yang menurut kita eksklusif. Sebab bila hal ini terjadi, pemahaman kita pun sebenarnya masih terkungkung pada jerat-jerat eksklusivisme, tetapi dengan menggunakan nama inklusivisme. Keyakinan seseorang tidak dapat diklaim benar atau salah tanpa mengetahui dan memahami terlebih dahulu latar belakang pembentukannya, seperti lingkungan sosial budaya, referensi atau informasi yang diterima dan tingkat hubungan komunikasi Dadang, 2000 171-172. Keyakinan bahwa agama sendiri yang paling benar karena berasal dari Tuhan sedangkan agama lain hanyalah konstruksi manusia, merupakan contoh dari penggunaan standar ganda. Dalam sejarah, standar ganda ini biasanya dipakai untuk menghakimi agama lain dalam derajat keabsahan teologis dibawah agamanya sendiri. Melalui standar ganda inilah terjadi perang dan klaim-klaim kebenaran dari suatu agama atas agama lain. Demi terciptanya hubungan eksternal agama-agama, perlu dilakukan dialog antar agama. Sedangkan untuk internal agama, diperlukan reinterpretasi pesanpesan agama yang lebih menyentuh kemanusiaan yang universal. C. Penutup Manusia sebagai makhluk hidup dan mempunyai kebutuhan dalam hidupnya, baik itu kebutuhan jasmani ataupun kebutuhan rohaniah. Dan Manusia sangat memerlukan agama sebagai pegangan hidup dan untuk menyadarkan manusia agar mengenal dirinya siapa dia, darimana dia dan mau kemana dia. Agama ialah ajaranajaran yang beraneka ragam sebagaimana yang ada sekarang. Agama Islam agama yang selalu mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah Sunnatullah yang terbentang di alam semesta dan ayat-ayat qur’aniyah yang Integration and Interconnection of Sciences “The Reflection of Islam Kaffah” 463 terdapat dalam Al-Quran, menyeimbangkan antara dunia dan akhirat. Dengan ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia. Adapun doktrin/kepercayaan dalam Agama yaitu Iman kepada Allah Swt, mustahil menemukan zat Allah, Argumen keberadaan Allah, percaya kepada Malaikat, Kitab, dan Rasul-Nya. agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Memberi pandangan dunia kepada berbagai pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh fungsi peranan sosial. Kerukunan umat beragama merupakan akibat wajar dari pada sistem keimanannya. Sikap Inklusif yakni sikap keagamaan yang membedakan antara kehadiran dan aktifitas Tuhan dalam ajaran agama-agama lain, Sikap dan pandangan kelompok yang disebut dengan Islam Inklusifitas. DAFTAR KEPUSTAKAAN Atang, Hakim, Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, 2006, Cetke-VIII Remaja Rosdakarya, Bandung. Abu Ahmadi, Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, 2008, Cet Ke-5, BumiAksara, Jakarta. Budhy Munawar Rachman, Dialog Kritik dan Identitas Agama, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 1994 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Bandung Remaja Rosdakarya, 2000 Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar, 2015 Cet ke-21, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hasanah Studi Jalaluddin, Psikologi Agama, 2008, Raja Grafindi Persada, Jakarta. Magdalena Pranata Santoso, Filsafat Agama, Yogyakarta Graha Ilmu, 2009 Nurcholish Madjid, Islam kerakyatan dan keindonesiaan Bandung Mizan, 19931994, NurcholishMadjid, Islam kemoderenandanKeindonesiaan, Jakarta Mizan, 1987. Ramayulis, Psikologi Agama, 2007, Cet ke-VIII KalamMulia, Jakarta. Rosihon Anwar, dkk. PengantarStudi Islam, PustakaSetia, Bandung, 2009 hal 13 Rosihon Anwar, Dkk, PengantarStudi Islam, 2011, Cetke-II Pustakasetia, Bandung Batusangkar International Conference I, 15-16 October 2016 464 Ramayulis, Psikologi Agama, 2007, Cetke-VIII Kalam Mulia, Jakarta. - Pandangan Teologis Cak Nur, Cegah Kebuntuan Agama Zakiyah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarat Bumi Aksara. Integration and Interconnection of Sciences “The Reflection of Islam Kaffah” ï»żArticlePDF AvailableAbstractAgama adalah suatu arah atau pegangan untuk menunjang manusia dalam menyelesaikan berbagai macam masalah yang ada dalam menjalani kehidupnya seperti hal nya didalam ilmu agama, sosial, politik, ekonomi dan budaya, yang terbagi atas dua fungsi yaitu agama didalam kehidupan individu dan agama dalam kehidupan bermasyarakat. Apabila seseorang tidak diberi dengan ilmu pengetahuan agama yang kental, sehingga terdapat berbagai penyimpangan sebagaimana kasus yang sering terjadi diantaranya adalah pelecehan seksual, pembunuhan, perampokan dan lain sebaginya. Oleh sebab itu penting untuk memiliki pengetahuan dan doktrin agama dalam diri seseorang. Tujuan dari peneliian ini adalah untuk mendeskripsikan kebutuhan manusia tehadap doktrin agama. Metode penelitian dalam penulisan artkel ini menggunakan metode kepustakaan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa manusia memerlukan agama sebagai pedoman hidup untuk menyelesaikan berbagai masalah. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. AL-QALAM ISSN.print... 1858-4152 ISSN.online. 2715-5684 Homepage.. AL-QALAM Jurnal Kajian Islam & Pendidikan MANUSIA DAN KEBUTUHAN DOKTRIN AGAMA Abdul Wahid1, Ilham Panji Akbar2, Janu Annas Wijanarko3, Wawan Kurniawan Purnomo Aji4, Nurul Hikmah5 1,2,3,4,5 Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya, Indonesia Korespondesi Penulis. E-mail wahidsamuda607 Abstrak Agama adalah suatu arah atau pegangan untuk menunjang manusia dalam menyelesaikan berbagai macam masalah yang ada dalam menjalani kehidupnya seperti hal nya didalam ilmu agama, sosial, politik, ekonomi dan budaya, yang terbagi atas dua fungsi yaitu agama didalam kehidupan individu dan agama dalam kehidupan bermasyarakat. Apabila seseorang tidak diberi dengan ilmu pengetahuan agama yang kental, sehingga terdapat berbagai penyimpangan sebagaimana kasus yang sering terjadi diantaranya adalah pelecehan seksual, pembunuhan, perampokan dan lain sebaginya. Oleh sebab itu penting untuk memiliki pengetahuan dan doktrin agama dalam diri seseorang. Tujuan dari peneliian ini adalah untuk mendeskripsikan kebutuhan manusia tehadap doktrin agama. Metode penelitian dalam penulisan artkel ini menggunakan metode kepustakaan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa manusia memerlukan agama sebagai pedoman hidup untuk menyelesaikan berbagai masalah. Kata Kunci Agama, Manusia, Doktrin 1. Pendahuluan Sebagai makluk hidup dan mempunyai akal serta paling sempurna, manusia mempunyai ciri-ciri organ tubuhnya yang lengkap dan spesifik terutama memiliki otak, dan juga proses pencernaan. Adapun penjelasan terciptanya manusia sebagai makhluk hidup yang sempurna, termuat di QS. At- Tin ayat 4 yakni, “sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Kholil, 2017 Manusia juga memiliki kebutuhan dalam kehidupannya, di dalam hidup manusia ada dua hal yang harus dipenuhi baik itu secara manusia sebbagai kebutuhan individu, “peranan agama dalam kesehatan mental” yang terbagi dalam 2 kebutuhan yakni kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan Primer adalah kebutuhan yang berupa jasmaniah, contohnya makan, minum, seks dan sebagainya hal ini di dapatkan sejak lahir yang ada didalam kebutuhan primer adalah kebutuhan yang hampir semua nya berkesinambungan dengan makhluk hidup, seperti keinginan untuk makan. Dengan memiliki untuk makan maka dia harus memasukkan makanan untuk dikonsumsinya., yang menjadikannya lelah, lelah disini akibat dia kekenyangan atau lelah. Kebutuhan Sekunder adalah suatu bentuk kebutuhan Rohaniah contoh seperti berhubungan dengan sosial. Dan kebutuhan ini telah kita dapatkan sedari kita kecil. Kebutuhan sekunder terbagi menjadi 3 bagian yakni kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan terhadap agama, serta kebutuhan terhadap agama.Isnawati, 2016 Didalam kehidupan manusia ada peran agama yang sangat penting dan melekat didalamnya. Yang bertujuan unuk mendapakan kebahagian dan kesejahteraan hidup jasmani dan rohani. Untuk dekat dengan sang pencipta kita harus berada di jalan agama yang benar. Adapun urgensi agama untuk kehirasional untuk lebih sabar dan bisa saling meminta maaf jika terjadinya perselisihan dupan manusia sangatlah penting guna mengakses kebahagiaan dunia dan akhirat. Jadi agama sebagai pengawas dan petunjuk dalam menjalani kehidupan ini. Sebagai mana contohnya pentingnya dokrin agama di dalam kehidupan adalaha kasus pembunuhan sepasang suami istri yang di lakukan oleh teman dekatnya sendiri, yang berada di kota Palangka Raya Kalimantan Tengah. Yang di dilatarbelakangi oleh sakit hati sehingga membuat sang pelaku tega melakukan pembunuhan tersebut. Dengan adanya dokrin agama manusia seharusnya bisa untuk berpikir lebih Isnawati,2016. AL-QALAM ISSN.print... 1858-4152 ISSN.online. 2715-5684 Homepage.. AL-QALAM Jurnal Kajian Islam & Pendidikan 2. Metode Dalam penelitian dan pembuatan artikel ini kami penulis menggunakan pendekatan kualitattif metode studi kepustakaan / literature review, yang dimana untuk mengetahui beberapa literature berupa beberapa jurnal artikel penelitian dan buku-buku yang terkait pengertian manusia dan kebutuhan doktrin agama. Studi pustaka / literature review adalah suatu kegiatan yang dimana kegiatan tersebut menghimpun semua informasi dan data yang relevan dengan topik permasalahan yang diangkat dalam obyek penelitian. Dan dalam melakukan literature review ini, kami peneliti dan juga penulis dapat memanfaatkan semua data dan informasi serta pemikiran-pemikiran yang yang relevan yang telah kami temukan. Penelitian ini dilakukan dengan pencarian literature yang terdiri dari jurnal artikel dan beberapa buku buku dari 10 tahun terakhir yang menggunakan kata kunci “manusia” dan “doktrin agama”. Berdasarkan studi pustaka yang telah kami dapatkan, maka dapat kami lakukan verifikasi dan analisis terkait hal yang berhubungan dengan manusia dan doktrin agama. Sehingga dapat diperoleh sebuah hasil permasalahan yaitu pentingnya doktrin agama bagi manusia. 3. Hasil dan Pembahasan Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk hidup yang memiliki dua substansi yaitu, substansi jiwa dan raga. Kedua substansi tersebut tidak bisa dipisahkan sehingga disebut makhluk yang sempurna di antara makhluk- makhluk ciptaan Allah dasarnya kedua substansi tersebut saling berkaitan dan tidak dapat terlepaskan dan manusia perlu adanya doktrin agama sebagai pedoman hidup untuk mengigatkan manusia agar supaya mengenal baik itu dirinya sendiri maupun orang lain. Pengertian Agama Secara etiminologi agama atau yang lebih dikenal pula dari kata “ad-din” yang berasal dari bahasa arab dan kata religi dari bahasa eropa. Sebagai mana yang kita ketahui juga dalam bahasa sansekerta agama memiliki arti adan gan. A “tidak”, dan gam “pergi”. Jadi dapat kita tarik benang merah yaitu tidak pergi, langgeng, tetap di tempat serta di wariskan secara turun temurun. Hikmah & Fachrurozi, 2022; Sodikin, 2003. Dengan ini bahwasanya agama ialah sebuah cara manusia untuk dapat berbakti kepada Tuhan, dengan berbaktinya kepada Tuhan sehingga didapatkan ketaatan, serta patuh dan tunduk akan kebersaranya. Musa, 2022 Adapun buah hasil dari kita tunduk patuh serta berbakti pada Tuhan yaitu mendapakan pedoman hidup guna menggapai kebahagian dunia akhirat. Asir, 2014 Menurut Mukti Ali definisi dari kata agama bersandarkan pada tiga alasan. bahwa pengalaman ialah soal subjektif, rohaniah, dan sifatnya yang suka menyendiri. Liswi, 2018 Sedangkan secara terminologi agama diartikan fenomena yang rumit untuk dijelaskan. Beberapa para ahli berpendapat bahwa agama a. Emile Durkheim berpendapat, agama selaku bentuk yang diyakini serta berkarekter pengetahuan terhadap sesuatu yang suci, lantas kepercayaan dan pengetahuan tersebut bersatu ke dalam suatu kumpulan akhlak b. Karl Mark mengartikan bahwasanya agama ialah suatu keberatan dari makhluk yang terpaksa hatinya, dan tertekan jiwanya. Beliau menyimpulkan agama sebagai kebiasaan bagi masyarakat. c. Spencer menyebutkan bahwasanya agama itu keyakinan akan adanya sesuatu yang Maha benar. d. Dewey mengatakan agama merupakan suatu bentuk eksplorasi manusia akan tujuan yang dihadapkan suatu tantangan yang membahayakan jiwanya , beliau menyimpulkan agama ialah suatu pengenalan kepada manusia terhadap kekuatan yang gaib.Hikmah & Fachrurozi, 2022 e. Endang Saefuddin Anshari mengemukakan pendapatnya bahwa agama ialah sebuah program keimanan keyakinan tentang sesuatu yang tetap diluar akal sehat manusia dan sebuah cara peribadatan kepada hal yang dianggap kuasa serta ajaran petunjuk yang mengatur manusia dengan manusia lainnya bahkan dengan alam lain.Agus Miswanto, 2012 AL-QALAM ISSN.print... 1858-4152 ISSN.online. 2715-5684 Homepage.. AL-QALAM Jurnal Kajian Islam & Pendidikan Dari pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan maka agama ialah sebuah bentuk kepercayaan yang dimana kepercayaan itu suci dan suatu yang mutlaq, yang bertujuan untuk pengenalan terhadap kepada manusia untuk mengenal hal hal yang bersifat gaib. Doktrin agama memiliki jangkauan yang sangat luas, sumber nilai pengembangan kepribadian, paham mengenai tindakan sosial dan menjalin hubungan antar manusia. Dibelahan bumi manapun doktrin agama mengajarkan kepada seluruh pemeluknya supaya manusia berperilaku baik terhadap yang lain, manusia yang amanah, manusia yang memiliki rasa simpati, mencintai sebuah perdamaian.Irzum Farihah, 2014 Doktrin agama ditemukan didalamnya kebenaran yang sepihak atau doktrin mengakui bahwa selain ketaqwaannya adalah keliru. Doktrin yang bersifat khusus tersebut menjadi acuan iman untuk merangkul pengikutnya supaya tetap yakin dalam kepercayaan tersebut. Tidak mungkin adanya ajaran agama tanpa doktrin agama yang memiliki keyakinan yang kuat. Oleh karena itu, pengakuan tersebut dapat dimengerti sebagai bentuk keyakinan dalam ajaran agama.Mikail, 2020 Fungsi Agama Dalam Kehidupan Agama dapat bertindak sebagai pendidik, dimana agama mengajarkan mengenai aturan dan bimbingan agama bagi pengikutnya yang mana mereka wajib mengikuti dan memberikan bimbingan yang seharusnya diikuti dengan efisien. Irawan, 2022 Selaku sistem ajaran, agama sebagai panduan untuk manusia guna menyelesaikan berbagai macam permasalahan hidupnya seperti dalam ilmu agama, sosial, politik, ekonomi dan budaya. Kemudian terwujud paradigma, tujuan hidup dan tingkah laku manusia yang menuju kepada jalan Allah yang lurus. 1. Agama Dalam Kehidupan Individu Agama dalam kehidupan individu memiliki peran yakni sebagai suatu program. Program yang dimaksudkan disini yaitu norrma-norma yang berlaku inilah yang nantinya akan menjadi tolak ukur manusia untuk bersikap dan berprilaku, supaya sejalan dengan kepercayaan agama, nilai agama inilah yang nantinya akan menjadi suatu pebeda dengan agama yang lainya. Mulyadi, 2016 Dokrin agama dapat mengembangkan kepribadian seseorang yang akan menimbulkan berbagai macam masalah nantinya, masalah yang terjadi mencanggkup ruang lingkup keluarga, lingkungan, sekolah dan masyarakat sosial. Rohendi, 2012 Hal ini yang membuat manusia memerlukan agama dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut a. Agama sebagai sumber nilai dalam menjaga kesusilaan. Nilai-nilai kehidupan manusia yang ada terkandung didalam nilai agama. Nilai tersebut lah yang menjadi acuan dan petunjuk bagi manusia. Berfikir, bersikap, dan berprilaku adalah salah satu petunjuk agama agar sejalan yang lurus. b. Agama sebagai sarana untuk mengatasi frustasi Didalam kehidupan manusia memiliki keinginan fisik dan fisikis, kebutuhan fisik yaitu makan, pakaian, sekual, kemudian kebutuhan fisikis adalah keamanan, ketentaraman, persahabatan, penghargaan, dan kasih sayang. c. Agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan Setiap manusia di dalam dirinya pasti memiliki rasa ketakutan yang dimiliki, ada dua jenis ketakutan, yaitu ketakutan tanpa objek dan ketakutan yang memiliki objek, contohnya adalah bentuk gejala malu takut akan terjadinya kecelakaan, rasa bersalah yang tinggi, dan bimbang dalam memutuskan sesuatu. d. Agama sebagai sarana untuk memuaskan rasa keingintahuan Kecerdasan kognitif dapat tercipta dengan adanya seseorang mempelajari ilmu agama, tetapi sebaliknya jika seseorang tidak mempelajari agama maka ia tidak mampu untuk menjelaskan dari mana ia berasal, kemudian apa tujuan mereka hidup, mengapa manusia ada, dan kemana manusia akan kembali. Dari semua fungsi yang telah di paparkan diatas bahwa agama didalam kehidupan bermasyarakat berf rasa frustasi yang ada didalam dirinya, untuk bisa mengatasi perasaan takut akan AL-QALAM ISSN.print... 1858-4152 ISSN.online. 2715-5684 Homepage.. AL-QALAM Jurnal Kajian Islam & Pendidikan sesuatu, dan juga sebagai penyembuh rasa ingin tahu. Dimana dengan adanya agama didalam kehidupan individu juga memiliki peranan yang sangat penting untuk bisa mengatur dirinya sendiri. 2. Fungsi Agama dalam kehidupan bermasyarakat Manusia berdasarkan sifatnya selalu menginginkan untuk beragama. Insting akan adanya keinginan untuk beragama dan memikirkan agama, hal inilah yang diungkapkan oleh para ahli sejarah. Jika ada manusia yang melanggar ketentuan agama atau bahkan ingin menghapuskan ajaran agama maka mereka menentang tujuan awal ia beragama. Zaini, 2017 Kumpulan dari beberapa individu atau yang lebih kita kenal dengan masyarakat yang tercipta karena adanya lapisan sosial. Menurut Kepusakaan Ilmi Sosial terdapat 3 jenis masyarakat antara lain ialah masyarakat majemuk, masyarakat heterogen, serta masyarakat homogen. Dalam prakteknya fungsi agama dapat kita lihat yakni sebagai a. Berfungsi edukatif Ajaran agama adalah suatu paham yang harus mereka percayai dan harus pula dipatuhi. Menyuruh dan melarang adalah fungsi agama dari segi hukum. Kedua hal ini memberikan tuntunan untuk penganutnya menjadi pribadi yang baik dan menjadi awam dengan dokrin agama yang mereka percayai. b. Berfungsi penyelamat Setiap manusia pasti ia membutuhkan jaminan akan dirinya untuk selamat. Keselamatan yang dinginkan baik itu keselamatan di dunia dan juga akhirat. Untuk menggapai hal itu para pengikutnya diberi ajaran untuk bisa mengimani kepada tuhanya. c. Berfungsi sebagai perdamaian Melewati agama seseorang bisa merasakan akan adanya rasa bersalah atau berdosa tetapi dengan adanya agama, manusia memiliki ketenangan batiniah melalui dokrin agama. Dengan melewati berbagai cara penebusan dosa maka ia maka rasa bersalah akan hilang. d. Fungsi sebagai sosial kontrol Para pengikut dokrin agama akan terkait baik selaku batin maupun kelompok kepada tuntutan ajaran agama yang dianutnya. Ajaran agama adalah pengawas bagi penganutnya baik secara sosial, individu, maupun kelompok. e. Berfungsi sebagai rasa pemupuk rasa solidaritas fungsi untuk kita mengenal nilai untuk memelihara kesusilaan, untuk manusia bisa mengatasi Para pengikut dokrin yang sama dapat menciptakan akan adanya perasaan sesuatu baik secara, psikologis, iman bahkan secara kepercayaa. Dengan adanya rasa kesamaan yang tinggi maka akan membentuk solidaritas kelompok maupun perorangan. f. Berfungsi transformatif Dengan adanya ajaran agama ini mampu membentuk kehidupan seseorang atau kelompok menjadi sejalan dengan apa yang dianutnya. Seseorang bahkan mampu untuk memulai pola hidup baru dan bisa mengubah kepatuhanya terhadap adat dan norma yang berlaku sebelumnya. g. Fungsi kreatif Didalam agama kita diajarkan untuk bermanfaat bukan untuk dirinya sendiri, akan tetapi lebih bagus lagi kita bermanfaat untuk hal layak umum. Didalam agama bukan saja kita diajak kerja secara terus menerus dalam situasi kehidupan yang sama tetapi kita dianjurkan untuk bisa melakukan perubahan untuk menemukan hal baru. h. Berfungsi sublimatif Didalam agama kita bukan saja diajarkan untuk mengkuduskan segala upaya manusia yang berasal dari akhirat tetapi juga diajarkan akan apa yang ada dunia. Didalam norma agama segala bentuk tindakan yang dilakukan selama tidak bersinggungan dengan norma agama dan di lakukan untuk hanya mengharap keridhoan Allah SWT Myadi, 2016. Dari semua fungsi yang diatas bahwa agama didalam kehidupan bermasyarakat berfungsi untuk menjadikan manusia yang edukatif, penyelamat, sebagai penengah, sebagai sosial kontrol, sebagai memupuk solidaritas, transformatif, kreatif dan sublimatif. Fungsi tersebut sangat penting dan AL-QALAM ISSN.print... 1858-4152 ISSN.online. 2715-5684 Homepage.. AL-QALAM Jurnal Kajian Islam & Pendidikan berguna untuk bisa mengatur manusia didalam kehidupan bermasyarakat yang harmoni dan tentram. Al-Qurthubi memberikan pendapat bahwa seseorang yang paham mengenai ilmu agama islam mendefinisikan ada tiga kriteria tingkatan pengetahuan tentang agama islam yakni pengetahuan tinggi ilmu tauhid, pengetahuan menengah mengenai dunia sains dan matematika, pengetahuan rendah pengetahuan konkrit. Bahwa pendidikan agama harus diprioritaskan dalam pendidikan. Rahmadania et al., 2021 Latar Belakang Perlunya Manusia Beragama Terdapat dua hal yang membuat keharusan manusia beragama. Kedua hal tersebut dapat dilihat seperti berikut 1. Fitrah manusia Pada lingkup ini terdapat diayat “al qur’an Ar-Rum ayat 30” bahwa ada kemampuan fitrah beragama yang ada dalam jiwa manusia. Dalam konteks ini dapat kita pahami bahwa seorang manusia yang mendapat pelajaran dari tuhan tentang hal apa yang tidak diketahui nya. Jiwa manusia secara takdir diciptakan oleh tuhan dengan segala kesempurnaan. Baik secara fisik, dan memahami akan adanya kebaikan yang terpercik dari ciptaanya. Liswi, 2018. Dalam pandangan islam manusia adalah suatu pemimpin yang Allah ciptakan di muka bumi. Sebagai ciptaan Tuhan, manusia memiliki sifat yang multifaset, diberi hak untuk mengatur alam ini sesuai dengan kemampuannya adalah tugas dari manusia. Dalam menjalankan tugas ini, manusia diberikan oleh Allah berupa wahyu dan mengenali kemampuan yang dimilikinya. Kemudian manusia juga ditempatkan oleh Allah diposisi yang paling mulia di antara makhluk lainnya. Kesuma, 2013 Manusia dalam pandangan islam adalah makhluk yang memiliki unsur yang sangat sempurna meliputi pada aspek fitrah jasmani, fitrah ruhani, yang dimana kedua fitrah ini saling keterkaitan dan tidak terlepas antara satu dengan yang lainya. Oleh karena itulah tumpuan kepribadian tidak hanya ada pada fitrah jasmani melainkan pada keduanya. Judrah, 2020 2. Tantangan manusia Ada aspek penting yang mempengaruhi manusia didalam memerlukan agama, dengan adanya agama kita mampu untuk menyelesaikan berbagai keadaan baik itu masalah yang terjadi dari dalam diri mapun luar. Dorongan hawa nafsu dan bisikan setan adalah tantangan dari dalam diri manusia. Sedangkan rekayasa atau upaya yang dilakukan manusia baik secara sengaja ingin memalingkan manusia dari tuhan adalah tantangan dari luar diri manusia. Didalam misi untuk menjauhkan manusia dari tuhan mereka rela mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang diperuntukan dalam berbagai bentuk kebudayaaan yang ada. Bentuk budaya ini dapat diselipkan pada hiburan, obat obatan terlarang dan lain sebagai nya yang diperuntukan dengan sengaja pada zaman modern agama sangat memainkan peran penting dalam keberlangsungan hidup manusia. Hal yang perlu ada didalam diri manusia untuk membentengi adalah dengan cara memberikan pemahaman untuk taat menjalankan agama.Liswi, 2018 Agama menolak kekerasan sebagai prinsip dalam melakukan suatu tindakan. Dengan agama manusia dapat dikendalikan karena didalam agama sudah mengatur semuanya.Isnaini, 2017 4. Simpulan Secara etimologi atau bahasa, agama berasal dari bahasa arab kata ad-din dan kata religi dari bahasa eropa. Sedangkan secara terminologi agama diartikan fenomena kejadian yang susah untuk dijelaskan. Nah adapun daripada itu agama memiliki beberapa fungsi dan manfaat diantaranya yaitu sistem sumber nilai, agama sebagai petunjuk atau pedoman dan menolong manusia dalam menyelesaikan berbagai macam masalah dalam hidupnya seperti dalam ilmu agama, sosial, politik, ekonomi dan budaya, yang terbagi atas dua fungsi yaitu agama didalam kehidupan individu dan agama dalam kehidupan lingkup bermasyarakat. Adapun manfaat agama dalam kehidupan individu terdapat empat yaitu agama sebagai suatu sumber nilai untuk melindungi kesusilaan, agama sebagai sarana untuk menyingkirkan rasa frustasi, agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan, dan yang terakhir yaitu agama sebagai sarana untuk memuaskan rasa dalam keingintauan. Sedangkan agama didalam kehidupan bermasyarakat terdapat AL-QALAM ISSN.print... 1858-4152 ISSN.online. 2715-5684 Homepage.. AL-QALAM Jurnal Kajian Islam & Pendidikan delapan fungsi yaitu sebagai fungsi edukatif/mendidik, penyelamat, perdamaian, fungsi sebagai sosial kontrol, berfungsi sebagai rasa guna memupuk rasa solidaritas, transformatif, kreatif, dan berfungsi sublimatif. Adapun yang menjadikan seorang manusia memerlukan dan semestinya memeluk suatu agama yaitu ada dua hal diantaranya fitrah manusia dan tantangan bagi manusia. Ucapan Terimakasih Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan artikel ini dan kami ucapkan terima kasih sebesar besar nya kepada instansi yang sudah mendukung sepenuhnya. Daftar Pustaka Asir, A. 2014. Agama Dan Fungsinya Dalam Kehidupan Umat Manusia. Al-Ulum Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Keislaman, 11, 57–58. Hikmah, N., & Fachrurozi, W. 2022. Metodologi Studi Islam Setria Utama Rizal ed.; 1st ed.. Grandia. Irzum Farihah. 2014. Agama Menurut Ibn Khaldun. Fikrah, 21, 187–205. Isnaini, A. 2017. Kekerasan Atas Nama Agama. Kalam, 82, 213. Isnawati. 2016. Manusia antara kebutuhan doktrin agama dan inklusivitas beragama. PROCEEDING IAIN Batusangkar, October, 447–464. Judrah, M. 2020. Fungsi-Fungsi Pendidikan Dalam Hidup Dan Kehidupan Manusia. Jurnal Al-Qalam Jurnal Kajian Islam & Pendidikan, 61, 98–111. Kesuma, G. C. 2013. Konsep Fitrah Manusia Perspektif Pendidikan Islam. Ijtimaiyya, 6, 80–94. Kholil, M. 2017. Aspek pendidikan Ruhiyah dalam Al-Qur’an. Jurnal Pigur, 21, 203–211. Liswi, H. 2018. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama. Jurnal Ilmu Agama UIN Raden Fatah, 122, 201–223. Mulyadi. 2016. Agama dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan. Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, VI02, 556–564. Musa, M. M. 2022. Peran Agama dalam Perubahan Sosial. Nuansa, 142, 198–205. Myadi. 2016. Agama Dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan. Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Ilmu Pendidikan E-Saintika, 21, 1. Rahmadania, S., Sitika, A. J., & Darmayanti, A. 2021. Peran Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan Masyarakat. Edumaspul Jurnal Pendidikan, 52, 221–226. Rohendi, E. 2012. Ajaran Agama dan Pembentukan Kepribadian. EduHumaniora Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru, 11. Sodikin, R. A. 2003. Konsep Agama Dan Islam. Alqalam, 2097, 1. Zaini, M. 2017. Konstribusi Agama bagi Kemajuan Sosial. Substantia, 181, 81–93. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Abuy SodikinSebagai seperangkat aturan Tuhan yang diberikan kepada manusia untuk mendapatkan kebaikan dalam kehidupan di dunia dan akhirat, nyata jelas kalau agama begitu erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Kuatnya hubungan agama dengan kehidupan manusia bukan berarti mereka telah sampai pada sebuah kesepakatan yang diakui bersama tentang hakikat dan definisi agama. lni terbukti dengan tidak adanya satu definisi pun yang bisa diterima secara umum untuk kata agama. Orang banyak yang mengatakan bahwa kata agama berasal dari bahasa Sansakerta yang memiliki padanan kata religion dalam bahasa Inggris, dan al-dien dalam bahasa Arab. Namun hal itu pun lagi-lagi mengandung banyak perdebatan di ini dimaksudkan unluk mendapatkan kejelasan tentang pengertian agama dan beberapa kata yang sering diidentikkan dengan kata agama, sekaligus dengan penjelasan tentang konsep dan ruang lingkupnya. Disamping itu, tulisan ini juga hendak mengelaborasi konsep Islam sebagai sebuah agama yang ternyata mengandung banyak komponen dan implikasi dalam kehidupan Kunci Agama, Akidah, Syariat, AkhlakAhmad IsnainiAgama merupakan tuntunan bagi kehidupan manusia di dunia. Tuntunan ini memuat aturan, tata cara pengabdian dan tata laku pergaulan antar sesama. Tata laku pergaulan di dalam kehidupan mendatangkan kebaikan manakala benar-benar berdasar nilai-nilai agama. Agama tidak pernah mengajarkan dan menuntun pemeluknya untuk merugikan diri sendiri, orang lain, atau pun makhluk Tuhan lainnya. Perilaku buruk apapun yang mengatasnamakan perintah agama, sebenarnya perlu dikaji ulang. Sehingga agama tidak selalu dijadikan dalih dan alasan untuk menjadikan pihak lain menderita. Kekerasan dalam perilaku dan tindakan mencerminkan keyakinan dan watak pelakunya. Hal ini muncul didasarkan pemahaman atas doktrin dan keyakinan dalam diri. Upaya memberangus pihak lain atas alasan kesalahan dan kemaksiatan, bukan cara yang mesti dilalui. Kesalahan dan kemaksiatan mestinya didekati melalui cara hikmah dan toleransi. Perbedaan cara pandang terhadap sesuatu tidak boleh menjadi dasar perilaku RohendiKepribadian seseorang pada umumnya diupengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam dan faktor dari luar diri atau faktor lingkungan. Salah satu faktor penting tersebut adalah ajaran agama. Ajaran agama mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian individu. Ajaran agama adalah ukuran‐ukuran yang menetapkan batas‐batas boleh tidaknya atau baik buruknya cara‐cara untuk meredakan ketegangan itu. Ini berarti ajaran agama membentuk secara aktif ego dan super ego, sehingga ketentuan agama menjadi suara hati atau ego ideal qolbu, hati nurani. Dengan demikian maka jelas ajaran agama sangat berpengaruh terhadap pola sikap seseorang sebagai reaksi atas rangsangan‐rangsangan baik dari dalam maupun dari luar diri RahmadaniaAjun Junaedi SitikaAstuti DarmayantiABSTRAK Pendidikan dalam keluarga merupakan aspek penting dalam pembentukan perilaku seseorang. Pada umumnya pendidikan dalam keluarga dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai agama, etika yang meliputi budi perkerti, cara, tingkah laku yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan membahas peran pendidikan agama Islam dalam keluarga dan masyarakat. Metode penulisan ini adalah kajian kepustakaan dengan pendekatan deskriptif dan eksploratif. Dapat disimpulan bahwa peran pendidikan agama Islam merupakan 1 fondasi dalam keluarga untuk membentuk perilaku dan moral anak-anak dan mengetahui batasan baik dan buruk, 2 berfungsi untuk membentuk manusia yang percaya dan ketaqwaan kepada Allah SWT, 3 fondasi utama dan berperan dalam pendidikan moral bagi pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Kata kunci pendidikan agama Islam, keluarga, masyarakat ABSTRACT Education in the family is an important aspect to build a person's behavior. Usually the education in a family is condacted with the religious values and ethics, which consists of behavior, manners and use attitude used in everydays life. The aim of this writing is to discuss the role of religious education in the family and society. This method used library research with the descriptive and explorative approach. The conclusions are that the role of the Islamic education 1 as the foundation of religious education in a family which used to form the children’ good attitude and behavior, 2 functions as tools to convince people to the almighty of God, 3 as a foundation to build the society character for the Indonesian people to improve the nation. Key words Islamic education, family, societyMuhammad JudrahFungsi pendidikan Islam dalam kaitannya dengan hidup dan kehidupan manusia, dapat ditulusuri dari hakikat manusia sejak lahirnya yang memiliki fitrah, yakni potensi pembawaan yang menyebabkan dirinya harus terlibat dalam dunia pendidikan. Dalam pada itulah maka manusia homo aducandum makhluk yang dapat didik dan homo education mkhluk pendidik. Dengan demikian, fungsi pendidikan Islam secara totalitas adalah, untuk membangun manusia yang mampu membangun dunia dengan segala dimensinya, sesuai dengan komitemen imannya terhadap Allah swt. Selain itu, fungsi pendidikan islam dalam membina manusia dengan segala aspeknya, terutama menyangkut dimensi keimanan dan ketaqwaan harus benr-benar berwujud. Atas dasar itu, maka dalam pandangan penulis bahwa pendidikan islam secara fungsional. Dengan cara seperti ini, merupakan konsekuensi penguatan komitmen iman bagi peserta didik terhadap Allh swt. Yang kemudian dimanifestasikan dalam ketaatan beribadah kepada-NyaAgama Dan Fungsinya Dalam Kehidupan Umat ManusiaA AsirAl-UlumAsir, A. 2014. Agama Dan Fungsinya Dalam Kehidupan Umat Manusia. Al-Ulum Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Keislaman, 11, 57-58. Fitrah Manusia Perspektif Pendidikan Islam. IjtimaiyyaG C KesumaKesuma, G. C. 2013. Konsep Fitrah Manusia Perspektif Pendidikan Islam. Ijtimaiyya, 6, pendidikan Ruhiyah dalam Al-Qur'anM KholilKholil, M. 2017. Aspek pendidikan Ruhiyah dalam Al-Qur'an. Jurnal Pigur, 21, 203-211. Manusia Terhadap AgamaH LiswiLiswi, H. 2018. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama. Jurnal Ilmu Agama UIN Raden Fatah, 122, dan Pengaruhnya Dalam KehidupanMulyadiMulyadi. 2016. Agama dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan. Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, VI02, 556-564. MAKALAH MANUSIA DAN KEBUTUHAN DOKTRIN AGAMA Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam MSI Dosen Pengampu Aliyandi A. Lumbu, Disusun Oleh Aisyah Azzahra 1803012003 Lilian Dona Putri Bunga 1803011003 FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN METRO KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya kelompok kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tak lupa pula kami ucapkan salam dan shalawat kepada nabi Muhammad SAW, karena beliaulah yang telah menghantarkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh berkah. Makalah kami susun untuk memenuhi tugas kelompok Metodologi Studi Islam dan diharapkan pembaca dapat memahami dan memperluas ilmu tentang “Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai dari itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah makalah ini bermanfaat bagi makalah ini memiliki kelebihan dan penyusun mohon saran dan kritiknya yang bersifat kasih. Wassalamua’laikum Wr. Wb Metro, 14 Oktober 2018 Penulis DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i KATA PENGANTAR....................................................................................... ii DAFTAR ISI...................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah............................................................................... 1 C. Tujuan Penulisan................................................................................. 1 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Agama................................................................................... 2 B. Agama dan Perkembangannya........................................................... 3 C. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama .............................................. 4 D. Fungsi Agama dalam Kehidupan....................................................... 6 E. Rasa Ingin Tahu Manusia................................................................... 7 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan......................................................................................... 8 B. Saran................................................................................................... 8 DAFTAR PUSTAKA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti makhluk-makhluk lainnya, manusia adalah ciptaan mempunyai dua fungsi yaitu individu dan fungsinya sebagai makhluk individu, manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, misalnya pendidikan, kesehatan, kebahagiaan dan sebagainya, sedangkan secara social manusia memerankan fungsinya sebagai makhluk sosial yang hidup dan berinteraksi dengan masyarakat. Petunju-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan hadist, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis,berorientasi pada kualitas, kemitraan, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan sikap-sikap positif lainnya. B. Rumusan Masalah 1. Apa Definisi Agama ? 2. Bagaimana Agama dan Perkembangannya? 3. Bagaimana Kebutuhan Manusia Terhadap Agama ? 4. Apa Fungsi Agama Dalam Kehidupan ? 5. Apa Rasa Ingin Tahu Manusia ? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui Definisi Agama 2. Untuk mengetahui Agama dan Perkembangannya 3. Untuk mengetahui Kebutuhan Manusia Terhadap Agama 4. Untuk mengetahui Fungsi Agama Dalam Kehidupan 5. Untuk mengetahui Rasa Ingin Tahu Manusia BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Agama Agama dalam bahasa Arab berarti “Addin” yang artinya kepatuhan, kekuasaan, atau secara etimologis juga berasal dari bahasa Sanskerta dari gabungan “a” yang artinya tidak dan “gama” artinya kacau, jadi agama artinya tidak kacau. Maksudnya orang yang memeluk agama dan mengamalkan ajaran-ajarannya dengan sungguh, hidupnya tidak akan mengalami kekacauan. Agama juga merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, “religion” atau religi yang artinya kepercayaan dan penyembahan Tuhan. Secara terminologi menurut sebagian orang, agama merupakan sebuah fenomena yang sulit Smith mengatakan, "Tidak berlebihan jika kita katakan bahwa hingga saat ini belum ada definisi agama yang benar dan dapat diterima".Meski demikian, para cendekiawan besar dunia memiliki definisi, atau yang lebih tepatnya kita sebut dengan kesimpulan mereka tentang fenomena agama. Agama adalah sistem yang menyatu mengenai berbagai kepercayaan dan peribadatan yang berkaitan dengan benda-benda sakral, yakni katakanlah, benda-benda yang terpisah dan terlarang kepercayaan-kepercayaan dan peribadatan-peribadatan yang komunitas moral yang disebut gereja. Langkah lebih lanjut yang menimpang dari pendefinisian agama hanya dengan mengacu kepercayaan-kepercayaan diambil oleh para sarjana yang secara eksplisit memilih definisi fungsional.[1] Dilihat dari aspek duniawinya, atau lebih tepat dalam kehidupan masyarakat, agama merupakan sumber nilai dan kekuatan mobilisasi yang sering menimbulkan konflik dalam sejarah umat manusia. Selanjutnya, karena banyaknya definisi tentang agama yang dikemukakan oleh para Ahli, Harun Nasution mengatakan bahwa agama dapat diberi definisi sebagai berikut 1. Pengakuan adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi. 2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia. 3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan manusia. 4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu. 5. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib. terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib. 6. Pemujaan kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia. 7. Yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rosul Jadi, agama adalah suatu kepercayaan, keyakinan kepada yang mutlak, yang dimana keyakinan tersebut dianggap yang paling benar. B. Agama dan Perkembangannya Daerah pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam adalah pantai barat pulau Sumatra dan daerah Pasai yang terletak di Aceh utara . Hal ini mudah diterima akal, karena wilayah Sumatera bagian Utara letaknya di tepi Selat Malaka, tempat lalu lintas kapal-kapal dagang dari India ke Cina.[2] Para pedagang dari India, yakni bangsa Arab, Persi dan Gujarat, yang juga para mubalig Islam, banyak yang menetap di bandar-bandar sepanjang Sumatera Utara. Mereka menikah dengan wanita-wanita pribumi yang sebelumnya telah di-Islamkan, sehingga terbentuklah keluarga-keluarga muslim. Selanjutnya mereka mensyiarkan Islam dengan cara yang bijaksana, baik dengan lisan maupun sikap dan perbuatan, terhadap sanak famili, para tetangga, dan masyarakat sekitarnya. Sikap dan perbuatan mereka yang baik, kepandaian yang lebih tinggi, kebersihan jasmani dan rohani, sifat kedermawanan serta sifat-sifat terpuji lainnya yang mereka miliki menyebabkan para penduduk hormat dan tertarik pada Islam, dan tertarik masuk Islam. Hingga akhirnya berdiri kerajaan Islam pertama, yaitu Samudra Pasai. Kerajaan ni berdiri pada tahun 1261 M, di pesisir timur Laut Aceh Lhokseumawe Aceh Utara, rajanya bernama Marah Silu, bergelar Sultan Al-Malik As-Saleh. Seiring dengan kemajuan kerajaan Samudra Pasai yang sangat pesat, pengembangan agama Islam pun mendapat perhatian dan dukungan penuh. Para ulama dan mubalignya menyebar ke seluruh Nusantara, ke pedalaman Sumatera, peisir barat dan utara Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Ternate, Tidore, dan pulau-pulau lain di kepulauan Maluku. Itulah sebabnya di kemudian hari Samudra Pasai terkenal dengan sebutan Serambi Mekah. C. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat membebaskannya dari keadaan itu. Naluriah ini membuktikan bahwa manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya. Karena kebutuhan manusia terhadap agama dapat disebabkan karena masalah prinsip dasar kebutuhan menjelaskan perlunya manusia terhadap agama sebagai tiga faktor yang menyebabkan manusia memerlukan agama. Yaitu 1. Faktor Kondisi Manusia Kondisi manusia terdiri dari beberapa unsur, yaitu unsur jasmani dan unsur menumbuhkan dan mengembangkan kedua unsur tersebut harus mendapat perhatian khusus yang jasmani membutuhkan pemenuhan yang bersifat fisik tersebut adalah makan-minum, bekerja, istirahat yang seimbang, berolahraga, dan segala aktivitas jasmani yang rohani membutuhkan pemenuhan yang bersifat psikis mental tersebut adalah pendidikan agama, budi pekerti, kepuasan, kasih sayang, dan segala aktivitas rohani yang seimbang. Status manusia adalah sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Jika dibanding dengan makhluk lain, Allah menciptakan manusia lengkap dengan berbagai kesempurnaan, yaitu kesempurnaan akal dan pikiran, kemuliaan, dan berbagai kelebihan lainnya. Dalam segi rohaniah manusia memiliki aspek rohaniah yang adalah satu-satunya yang mempunyai akal dan manusia pulalah yang mempunyai kata dengan kelengkapan itu Allah menempatkan mereka pada permukaan yang paling atas dalam garis horizontal sesama akalnya manusia mengakui adanya hati nuraninya manusia menyadari bahwa dirinya tidak terlepas dari pengawasan dan ketentuan Allah. Dan dengan agamalah manusia belajar mengenal Tuhan dan agama juga mengajarkan cara berkomunikasi dengan sesamanya, dengan kehidupannya, dan lingkungannya. 3. Faktor Struktur Dasar Kepribadian Dalam teori psikoanalisis Sigmun Freud membagi struktur kepribadian manusia dengan tiga bagian. Yaitu Aspek Das es yaitu aspek ini merupakan sistem yang orisinal dalam kepribadian manusia yang berkembang secara alami dan menjadi bagian yang subjektif yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia objektif. D. Fungsi Agama Dalam Kehidupan Manusia adalah mahluk yang memiliki rasa keagamaan, kemampuan untuk memahami dan mengamalkan nilai manusia didunia yaitu ibadah dan mengabdi kepadanya. Fungsi agama yaitu sebagai pustaka kebenaran, dimana agama diibaratkan sebagai suatu gedung perpustakaan dapat dijadikan suatu pedoman dalam mengambil suatu keputusan antara yang benar dan yang salah.[3] Manusia menyelesaikan tantangan-tantangan hidup dengan menggunakan agama, karena manusia percaya dengan keyakinan yang kuat bahwa agama memiliki kesanggupan dalam menolong manusia. Fungsi agama dalam kehidupan antara lain Agama memberikan bimbingan dan pengajaaran tentang boleh tidaknya suatu perbuatan, cara beribah, dll dengan perantara petugas-petugasnya fungsionaris. Agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu “yang sakral” dan “makhluk teringgi” atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. Sehingga dalam yang hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan. 3. Fungsi Pengawasan Sosial Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral yang dianggap baik dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari system hokum Negara modern. 4. Fungsi Memupuk Persaudaraan Kesatuan persaudaraan atas dasar se-iman, merupakan kesatuan tertinggi karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan sebagian dari dirinya saja melainkan seluruh pribadinya dilibatkan. Mengubah bentuk kehidupan baru atau mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang lebih bermanfaat.[4] E. Rasa Ingin Tahu Manusia Manusia lahir tanpa mengetahui sesuatu ketika yang diketahuinya hanya “saya tidak tahu”. Petunjuk Allah, akal dan segala potensi manusia, ilmu dan teknologi sebagai produk dari akal, adalah untuk melaksanakan program hidup melaksanakan program hidup dan alat untuk mencapai tujuan hidup manusia. Baik disadari maupun tidak disadari, akal dan potensi yang dimiliki manusia terbatas dalam memenuhi segala hajatnya, manusia hanya dapat mecoba, mempelajari, meneliti, memahami dan memanfaatkan yang ada pada dirinya dan yang ada pada alam semesta.[5] Keterbatasan panca indra dan akal menjadikan sebagian banyak tanda tanya yang muncul dalam benaknya tidak dapat terjawab. Hal ini dapat mengganggu perasaan dan jiwanya yang semakin mendesak pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin gelisah apabila tak ini yang disebut rasa ingin tahu manusia. Manusia membutuhkan informasi yang akan menjadi syarat kebahagiaan dirinya. Dari ulasan sederhana di atas dapat disimpulkan bahwa agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Islam. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah Sunnatullah yang terbentang di alam semesta dan ayat-ayat qur’aniyah yang terdapat dalam Al-Quran, menyeimbangkan antara dunia dan akhirat. Dengan ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia. Penulis menyadari penyusunan tugas ini masih banyak kekeliruan dan kesalahan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun. Semoga makalahi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi penulis khusunya. DAFTAR PUSTAKA Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam. Bogor Ghalia Indonesia,2005 Atang Abdul Hakim, Jaih Mubarok Mubarok. Metodologi Studi Islam. Bandung Remaja Rosdakarya,2009 Betty R. Scharf, Sosiologi Agama, Jakarta Prenada Media, 2004 Endang Saifuddin Anshari. Ilmu, Filsafat Dan Agama. Surabaya PT. Bina Ilmu, 1982 Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta. CV. Rajawali Press, 1998 [1] Betty R. Scharf, Sosiologi Agama, Jakarta Prenada Media, 2004, [2] Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam. Bogor Ghalia Indonesia,2005, [3] Endang Saifuddin Anshari. Ilmu, Filsafat Dan Agama. Surabaya PT. Bina Ilmu, 1982, [4] Atang Abdul Hakim, Jaih Mubarok Mubarok. Metodologi Studi Islam. Bandung Remaja Rosdakarya,2009, [5] Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta. CV. Rajawali Press, 1998, Abstract Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dirinya. Ini dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah dan berbagai bencana. Ia mengeluh dan minta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat membebaskannya dari keadaan itu. Ini dialami oleh setiap manusia. Naluriah ini membuktikan bahwa manusia perlu beragama dan membutuhkan Tuhannya. Untuk itu manusia diperintahkan mengagungkan dan mensucikan-Nya.

manusia dan kebutuhan doktrin agama